Tugas TIK

Sabtu, 28 Januari 2012

Cara Menulis yang benar

Simpel saja. SELAMA MENULIS, BAYANGKAN ANDA NGOBROL DENGAN PEMBACA!
Sesuaikan Gaya Bahasa

Ketika ngobrol, Anda gunakan kalimat baku dengan ejaan yang disempurnakan, ataukah bahasa gaul sehari-hari? Tergantung orang yang diajak ngobrol dan situasi bukan? Artinya, bila pembaca kalangan akademisi dalam situasi formal (misal: skripsi, diktat), gunakan kalimat baku. Bila pembaca kalangan umum dalam situasi santai (misal: postingan blog), ah… Anda sudah tahu jawabnya.
Singkat Itu Nikmat

Ketika ngobrol, sanggupkah Anda melontarkan kalimat sepanjang lima meter dalam satu tarikan napas? Berapa kata paling banyak? Nah, batasi kata dalam tiap kalimat sebanyak itu pula. Yang singkat lebih nikmat. Semasa SMA saya pernah membuang surat cinta saat baru membaca lembar kedua (dari 10 lembar HVS Folio!). Dan langsung leleh ketika seseorang mengucapkan 2 patah saja, ”Kamu cantik.” Mengerti maksud saya?
Rajin Mendengar, eh… Membaca

Saat ngobrol, mana yang lebih baik: lebih banyak menyerocos, atau lebih banyak mendengarkan? Begitu pula dengan menulis. Gemar membaca wajib hukumnya. Dengan begitu, makin banyak kosakata yang Anda kenali. Dan saat menulis, Anda takkan lagi bingung memilih kata.
Dan… IYA! Menulislah!

*ngakak* Pasti sudah bosan ya disodori kalimat, ”Kalau ingin bisa menulis, seringlah menulis.” Maaf, tapi itu memang benar adanya. Toh, bisa dibikin simpel. Tahu trik paling gampang? Jatuh cinta!
Saat jatuh cinta, perasaan campur aduk kan? Manfaatkan masa-masa ekstatik halusinatik itu untuk berlatih menulis. Tulis puisi tentang bulu mata lentiknya. Tulis surat penuh rayuan gombal untuknya. Tulis apa pun tentang dia di buku harian (atau di notes yang nantinya dibuang deh, kalau tidak ingin dibilang ”emo”, hehe…). Dan saat kembali berpijak ke bumi, Anda sudah menulis cukup banyak. Dan cukup berpengalaman untuk menulis tema-tema yang lebih serius.